Melvi Tampubolon
Partner & COO PT Toba Tenun Sejahtra
“Kami memulai usaha ini dengan spirit wirausaha sosial, kami ingin menjadi bagian dalam ekosistem di Sumatera Utara untuk menjawab isu yang ada disana.”
Apa saja upaya Tobatenun untuk meningkatkan potensi wastra untuk bisa berkontribusi dalam industri kreatif?
Kami memulai usaha ini dengan spirit wirausaha sosial dan menjadi bagian dalam ekosistem di Sumatera Utara untuk menjawab isu yang ada disana seperti akses pendampingan dan pelatihan untuk kompetensi para pengrajin tenun disana. Kemudian juga pendekatan secara holistik tidak hanya melulu terkait keahlian tapi juga kepedulian terhadap perempuan penenun di sana seperti kesehatan reproduksi dan kekerasan rumah tangga yang jumlahnya meningkat selama pandemi.
Isu lainnya adalah akses terhadap material alam, kebetulan kami juga sedang mendirikan suatu rumah pewarnaan alami, supaya bisa terus menerus melakukan riset dan juga menjaga distribusi material alam kepada penenun binaan kami disana, juga akses pemasaran kami menyediakan wadah pendistribusian karya penenun yang dikurasi oleh tim tekstil kami di Pematangsiantar.
Beberapa upaya yang ingin kami bagikan adalah, sejak memulai operasional pada Januari 2020, kami membuka suatu wadah komunitas yang dinamakan Jabu Bonang di Pematangsiantar. Wadah yang kami banggakan ini membantu kami menjadi lebih dekat lagi membantu memahami apa inovasi & apa prioritas yang diperlukan bagi para artisan tenun disana.
Upaya lain kami yang berikutnya adalah di tahun 2020 kami banyak melakukan riset dan pemetaan mulai dari serat alam, pewarnaan alami dengan pantone dan riset motif. Tim tekstil kami terdiri dari dua tim, yaitu tim yang mengembangkan motif-motif kontemporer yang terinspirasi dari ulos Batak. Sampai saat ini tim kami sudah mengembangkan hampir 10 motif kontemporer. Disini kami juga menyadari pada saat mengembangkan satu motif baru memang membutuhkan satu investasi energi, waktu dan pendampingan yang cukup lama, karena alat tenun di Sumatera Utara ini terdapat dua jenis yaitu ATBM dan gedogan, untuk motif kontemporer pembuatannya dilakukan dengan ATBM. Dan ATBM-nya juga harus diperhatikan, karena terdapat motif yang bisa dibuat dengan ATBM tradisional atau kasuksak dan ada pula motif yang memerlukan suatu modifikasi di alat pembuatnya yaitu ATBM Dobby.
Kemudian tim tekstil kami juga mengebangkan motif lawas atau revitalisasi, kami di tahap awal ini mengebangkan motif lawas dari buku Antropolog Sandra Nielsen yang sudah puluhan tahun melakukan riset kain tenun Batak. Kami mencoba melakukan pelatihan dan pendampingan.
Pada Bulan Oktober 2021 kemarin kami baru meluncurkan platform distribusi di tobatenun.com dan meluncurkan juga koleksi revitalisasi serta koleksi tenun-tenun karya pendampingan penenun yang materialnya 100% serat alam, dibuat tangan dan menggunakan pewarna alam.
Syukur hanya dalam dua minggu sudah habis terjual dan kami sudah menerima pemesanan hingga April 2022, jadi kami melihat segala riset dan pemetaan yang kami lakukan ternyata cukup diterima dari sisi penenun maupun konsumen.
Seperti apa Tobatenun mengadaptasi berbagai macam hal yang ada di dalamnya seperti pola bisnis, usaha dan perkembangan teknologi digitalisasi serta inovasi produk untuk menjawab tantangan dan peluang?
Kita bicara peluang dan tantangan, kalau dengan wastra Indonesia atau kain tenun, ini kita bicara satu produk yang produksinya handmade, jadi mulai dari pewarnaannya, pembuatan motif sampai finishing, ini ada satu frasa yang menggambarkan yaitu no two product are the same jadi memiliki keunikan dan kekuatan dari sisi harga akan mencerminkan hal tersebut. Nah ini adalah satu tantangan yang kami berupaya melakukan edukasi 2 arah, ke penenun bahwa produk hasil karya mereka adalah karya kolaborasi yang menciptakan hubungan bisnis dengan bisnis dan kepada konsumen untuk meningkatkan dan memahami dibali satu produk yang mempunyai harga tinggi apalagi produk yang dibuat dengan tangan memiliki satu proses budaya, kultur dan cerita.
Kemudian kalau dari tenun yang ada di pasar ada satu tantangan yaitu standarisasi untuk kain tenun itu sendiri. Mungkin bagi orang awam melihat produk tersebut hanya kain tenun saja, tetapi kami yang sudah berkecimpung di dalam dapat mengetahui bahwa kain tenun ini ada yang dibuat dengan ATBM, gedogan. Satu pemahaman harus dilakukan edukasi 2 arah itu akan berdampak kepada segmen pasarnya dan penerimaan pasar.
Yang ketiga karena penciptaan wastra ini kan tidak sebentar, maka proses kreasi produk turunannya ada delay produksi, jadi biasanya kainnya dulu lalu dibuat satu produk turunan dan ini menjadi satu tantangan bagaimana kain wastra memiliki keunikan masing-masing, misalnya batik atau tenun, bagaimana satu kreasi fashion apakah itu home decor, aksesoris itu bisa meningkatkan value dari kain tersebut. Tentunya menyesuaikan segmen yang dituju.
Kedepannya kami sudah mengagendakan untuk mungkin bekerjasama dengan beberapa desainer interior, asosiasi mode dan desainer supaya bisa meningkatkan lagi bagaimana naik tenun, terutama tenun Batak supaya dapat lebih cakap lagi dan diterima pasar.
Tantangan berikutnya yang tak kalah penting adalah kompetensi dari para artisannya sendiri, jadi bagaimana kita dapat membuat suatu kebanggaan kepada para pelaku dibaliknya. Sebelumnya kami pernah melakukan perbincangan budaya dan disana kami tahu bahwa di luar negeri para artisan ini sudah mempunyai standar hingga tingkatan maestro, ini dapat menciptakan rasa percaya diri dari sang penenun dan menciptakan kompetensi.
Tantangan terakhir adalah akses pemasaran, karena pengrajin tenun ini jumlahnya ribuan, tentu pasarnya harus disiapkan, harapannya dengan webinar ini kita saling berkolaborasi untuk meningkatkan ekonomi kreatif.
Seperti apa harapan Tobatenun terhadap kontribusi wastra dalam ekonomi kreatif?
Kami berharap dengan adanya sinergi dan kolaborasi antar pelaku di ekosistem tenun ini mulai dari hulu sampai hilir kita bisa membuat satu kebanggaan lokal wastra Indonesia khususnya di tenun. Bisa menjadi satu perwakilan wastra Indonesia dan menjadi kebanggan Indonesia yang luar biasa baik dari sisi nasional maupun sampai ke tahap global.
Josua Simanjuntak
Staf Ahli Bidang Inovasi dan Kreativitas Kemenparekraf
“Penting sekali kita melestarikan budaya-budaya yang dimiliki, tapi yang penting juga adalah kita menciptakan karya intelektual baru untuk diwariskan ke generasi berikutnya”
Bagaimana Pemerintah melihat potensi wastra nasional sebagai bagian dari ekonomi kreatif?
Wastra yang termasuk dalam sektor fesyen adalah penyumbang terbesar kedua setelah kuliner di sektor ekonomi kreatif yang mampu menyerap tenaga kerja terbanyak di Indonesia. Di tahun 2020 sektor fesyen menyumbang kontribusi sebesar 6,76% di PDB nasional industri pengolahan non migas yang angkanya adalah 200,2 triliun rupiah. Cukup besar sumbangan fesyen terhadap PDB nasional. Untuk jumlah pekerja yang terserap di bidang ini cukup besar, yaitu 4.429.238 pekerja. Jadi kita bisa lihat sektor fesyen ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang luas. Jika kita lihat dampaknya terhadap pasar global, kita lihat data dari ekspor nasional tahun 2020 nilainya adalah 14.79 juta Dolar AS.
Apa program Pemerintah untuk mendukung eksistensi produk wastra?
Kami memberikan apresiasi kepada Tobatenun yang melakukan usaha pelestarian ulos dan ini adalah sebuah hal mulia yang dilakukan. Jika merujuk kepada UU nomor 24 ekonomi kreatif adalah perwujudan nilai tambah dari kekayaan intelektual yang bersumber dari kreativitas manusia yang berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Disini kita menarik dua poin utamanya yaitu, perwujudan nilai tambah dan kekayaan intelektual, disini dapat kita lihat pentingnya melestarikan budaya supaya tetap lestari tetapi juga penting supaya kita juga melakukan inovasi dalam pelestarian budaya tenun yaitu memberikan nilai tambah pada produk tenun dan memberikan perhatian kepada nilai kekayaan intelektual supaya para pelaku di sektor tekstil dapat terus berkreasi menciptakan karya tenun baru dengan ekspresi yang baru juga.
Pemerintah juga mempunyai program akselerasi, yaitu pengembangan program untuk menciptakan karya-karya lokal dari lima lokasi destinasi super prioritas, dimana kawasan Toba juga termasuk didalamnya. Kami mengajak desainer tekstil untuk mendalami budaya tenun di Toba dan berusaha menciptakan karya baru dengan ekspresi baru yang diterjemahkan kedalam kain tenun.
Bagaimana harapan terhadap kontribusi wastra dalam ekonomi kreatif?
Bagi para kreator muda, masa depan ada ditangan Anda semua, sembari kita melestarikan kebudayaan tenun kita, jangan mudah lelah untuk terus berinovasi dan berkreasi, dan menciptakan warisan budaya yang menginspirasi generasi mendatang. Semoga dengan demikian budaya kita akan semakin kaya dan terus lestari.
Irawati Endarwati
VP Specialty Store Sarinah
“Para pelaku, maestro, pengrajin bahwa perlu percaya diri dan jangan hilang percaya diri karena kegagalan atau sesuatu yang belum kita capai saat ini”
Bagaimana cara menjaga komitmen Sarinah bisa menjadi ruang bagi pelaku kreatif di Indonesia?
Kami melakukan kurasi yang ketat untuk dapat menampilkan wastra-wastra terbaik agar dapat menjadi panggung produk lokal Indonesia. Kurasi tersebut dilakukan untuk dapat menjawab kebutuhan pasar. Kami mencoba untuk memastikan bahwa produk tersebut adalah yang terbaik dari daerahnya yang mewakili kelompok umur, khalayak yang ditargetkan. Yang pasti kami sangat bangga terhadap produk nasional. Yang pasti ini adalah sebuah pasar yang sangat besar dan yang pasti Sarinah ingin dapat membawa teman-teman pelaku produk lokal untuk masuk ke dalam ritel modern, supaya kita menjadi jago di “kandang” lokal atau nasional dan secara internasional.
Seperti apa peluang UMKM yang berbasis wastra di Sarinah?
Komitmen kami 100%, kami akan menampilkan produk wastra dari seluruh pulau di Indonesia dan tidak akan ada produk dari luar negeri. Tugas berat kami saat ini adalah mengkurasi semua produk tersebut yang memiliki keunikan masing-masing. Singkatnya Sarinah adalah wakil dan representasi dari seluruh karya terbaik Indonesia.
Seperti apa komitmen Sarinah kepada desainer yang berasal dari daerah?
Kami menyiapkan tempat dan panggung untuk semua, untuk itu kami aktif dan membuka kesempatan untuk siapa saja tampil di Sarinah. Seberapa komitmennya? Kami tidak memilih siapapun boleh menghubungi kami untuk bisa saling mengenal dan yang pasti mutu produknya harus sesuai standar Sarinah.
Bagaimana dengan pelaku ekonomi kreatif yang masih belajar? Kedepannya kami akan menyediakan tempat non permanen atau pop up yang dapat digunakan bergantian untuk mereka belajar menyiapkan produk yang lebih siap. Kami bersungguh-sungguh ingin menjadi muka produk nasional di Indonesia.
Seperti apa strategi Sarinah dalam kaitan mengembangkan dan meningkatkan produk retail berbasis budaya supaya target pasarnya lebih luas lagi?
Kami berpandangan sisi hulu dan hilir harus sama-sama disiapkan, kami di Sarinah adalah pihak di hilir, kami percaya kami akan menjadi ujung tombak dari para maestro, pengrajin semua untuk memperkenalkan produk mereka yang luar biasa ke masyarakat luas. Dan kami percaya Sarinah harus mampu menjadi pilar Indonesia di kancah Dunia. Strateginya ke depan kami tak hanya ingin menjual produk tapi kami juga mau menjual cerita. Kami ingin masyarakat yang membeli suatu produk lokal sadar dan mengetahui ada cerita, ada keringat, ada kisah didalamnya mengenai unsur-unsur yang perlu diketahui, sehingga penghargaan dan apresiasi muncul terhadap produk yang dihasilkan oleh pengrajin Indonesia.
Bagaimana harapan terhadap kontribusi wastra dalam ekonomi kreatif?
Harapan kami sangat besar karena wastra adalah kekayaan bangsa yang sulit ditiru oleh bangsa lain. Kami dari sarinah hanya ingin mengingatkan kepada para pelaku, maestro, pengrajin bahwa perlu percaya diri dan jangan hilang percaya diri karena kegagalan atau sesuatu yang belum kita capai saat ini bukan sesuatu yang perlu di khawatir, ayo terus maju terus berkarya pantang mundur, ayo mari bersama majukan wastra nasional.
Sebagai kurator baik wastra dan kerajinan artisan lokal, poin penting apa yang harus ada di setiap jenama hingga membawa nilai lebih tinggi dan jauh.
Menurut kami adalah authenticity, perajin harus mempunyai keunikan, orisinalitas yang terjaga dan juga keberlanjutan atau menjaga konsistensi produk hasil karya mereka.
Ali Charisma
National Chairman of Indonesia Fashion Chamber
“Kita beruntung tinggal di Indonesia yang mempunyai budaya yang beragam dan keunikan yang sangat beragam”
Bagaimana peran asosiasi mode untuk bisa memberikan edukasi kepada anggotanya di berbagai daerah, terkait pengembangan potensi wastra di industri kreatif supaya dapat menjawab tantangannya?
Yang asosiasi lakukan sudah lama sekali karena kami sadar industri fashion Indonesia bukan negara fashion atau kota fashion dunia. Untuk dapat mencuri fashion dunia, untuk itu kita harus punya identitas yang kuat. Apakah identitas kita itu? Identitas kita adalah wastra indonesia. Kami sangat percaya dengan identitas ini kita dapat dikenal dengan baik.
Dan kami selalu disetiap kegiatan asosiasi tema besarnya adalah selalu mengangkat wastra Indonesia, karena juga tema tersebut juga beririsan dengan konsep sustainability sudah sangat kuat di dunia.
Jadi wastra Indonesia ini menurut saya kita sudah saatnya dibesarkan dengan berkolaborasi untuk menunjukan bahwa Indonesia sudah siap untuk menjadi partner dunia yang sedang gandrung dengan konsep sustainable yang sudah sangat kuat di dunia, khususnya di Eropa dan Amerika. Jadi tenun saat ini sudah “diatas angin” untuk siap dengan pasar global.
Tetapi kita juga masih ada “pekerjaan rumah” yaitu menyiapkan transparansi terkait produk yang ditawarkan, seperti transparansi proses dan mutu produk. Penting sekali. proses tersebut harus disampaikan dengan transparan.
Jadi saya dan tim dari asosiasi percaya bahwa identitas itu penting untuk dapat merebut pasar global, Mengenai pasar dalam negeri menurut kami sudah sangat besar tapi masih bisa dikembangkan. Tapi untuk pasar global, tenun punya potensi yang sangat besar sekali.
Bagaimana bentuk fashion seperti apa yang cocok untuk tenun Batak menurut pengalaman asosiasi?
Tenun masa kini itu penting juga, kalau mau mendapat inspirasi terdapat sebuat jenama dari Thailand yang berhasil memadukan tenun dengan fashion dan mereka cukup berhasil disana. Untuk di pasar Indonesia, tenun seperti apa yang diharapkan para desainer? Tentunya produk kain tenun yang mengikuti trend global, seperti dari sisi, motif. Terakhir penenun juga perlu menjaga konsistensi kualitas yang masih dapat diterima, karena tenun adalah produk buatan tangan maka jika ada penurunan hasil warna antara produk itu diusahakan jangan berbeda jauh atau yang masih dapat diterima.
Mampukah kita membuat kekayaan intelektual yang dapat diwariskan ke generasi yang akan datang dan tentunya dapat berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia?
Menarik sekali, karena di awal sudah disebutkan oleh Ibu Melvi, bahwa kontemporer itu penting, tetapi kita jangan bicara masa lalu terus, kita harus berinovasi untuk memikirkan tenun masa kini dan tenun untuk masa depan.
Bagaimana cara mengetahui tentang trend motif kekinian yang dibutuhkan dan cara untuk tahu informasi perkembangan terbaru mode yang akan datang?
Kita harus dan dapat tahu trend dunia melalui melihat hasil karya desainer dunia dan organisasi-organisasi fashion dunia. Di Indonesia juga dapat didapat informasi trend yang akan datang seperti apa melalui Indonesia Trend Forecasting yang terdapat dibawah naungan Kemenparekraf, informasinya pun dapat ditemui dan unduh di situs laman Kemenparekraf.
Bagaimana harapan kontribusi wastra dalam ekonomi kreatif?
Kita beruntung tinggal di Indonesia yang mempunyai budaya yang beragam dan keunikan yang sangat beragam. Kami sebagai orang kreatif sangat beruntung tinggal di Indonesia dengan akses yang sangat mudah bertemu dengan penenun.